Setelah sekian lama meninggalkan dan menelantarkan
rumahku ini,akhirnya aku kembali juga.Kali ini
aku ingin berbagi cerita yang aku dapat daritemanku.Ini mungkin agak telat sih,tapi tidak
mengurangi makna dari apa yang ingin aku tulis disini.Cerita ini aku dapat dari
teman ketika aku berkunjung ke rumahnya waktu manis kuningan. Oya, Selamat Hari
Raya Galungan dan Kuningan ya buat para pembaca yang merayakan.Ga papakan telat daripada ga sama
sekali.hehehe.. Sekalian juga selamat menunaikan ibadah puasa buat yang
merayakan.Lanjut…Ini tentang tradisi di desanya yang masih lestari sampai
sekarang. Ceritanya begini…(wuih..adi serius sajan nok)
Selain pemandangan alamnya yang sangat mempesona,terbukti
dikenal sampai ke seantero dunia,Bali masih menyimpan kekayaan tradisi dan
budaya dari nenek moyang kita yang masih lestari sampai sekarang.Salah satunya seperti Gerebek Mekotek atau
sering disebut Mekotek di Desa Munggu, Kabupaten Badung yang masih tetap
lestari sampai sekarang yang dirayakan khusus di hari raya kuningan.(namanya
lucu ya…!!??). Prosesi gerebek mekotek ini diikuti oleh 12 banjar setempat di
desa Munggu.
Gerebek Mekotek adalah ritual
yang memakai sarana kayu biasanya yang paling banyak dipakai dari jenis pulet
yang dimainkan secara bersama-sama untuk merayakan kemenangan dharma (kebaikan) melawan adharma (kejahatan). Ritual mekotek biasanya
dilaksanakan di halaman Pura Desa oleh remaja pria atau para
bapak-bapak,Masyarakat yang didominasi oleh pria tua dan muda mengenakan
pakaian adat ringan semua membawa sebilah tongkat kayu berukuran kurang lebih
tiga sampai empat meter beriringan berjalan menuju pura desa.Mendekati areal
pura desa mereka saling menyatukan tongkat yang mereka genggam dengan cara
memukul-mukulkan tongkatnya hingga menyerupai bangunan segi tiga yang menjulang
ke langit.Penyatuan ini menimbulkan suara yang sangat gaduh yang membuat para peserta
semakin bersemangat. Kemudian sambil beramai-ramai tongkat yang sudah menyatu
itupun mereka bawa berputar-putar hingga akhirnya kembali berpisah.Tak jarang saat tongkat berpencar,beberapa
warga terkena tongkat tersebut. tapi tidak lantas membuat mereka kesal ataupun
marah, malahan mereka bangkit kembali dengan perasaan dan senyum puas.
Para peserta yang kena pukulan tongkat harus merelakan
dirinya untuk naik ke kumpulan tongkat dari para peserta yang lain.Karena
ritual ini sudah sering dilaksanakan dan sudah terbiasa maka meskipun terkena
pukulan tongkat ataupun terjatuh dari ujung kumpulan tongkat peserta yang ikut
tidak boleh ada yang marah.
Menurut penuturan dari temanku yang juga sesekali
ditambahkan oleh bapaknya, ritual yang dilaksanakan setiap enam bulan kalender
bali ini sudah ada sejak tahun 1934. Namun baru mulai dilestarikan sejak tahun
1946 setelah warga Munggu terbebas dari gerubug atau wabah penyakit. Konon katanya,
saking gembiranya warga terbebas dari penyakit, saat itu mereka
mengacung-acungkan tombak yang mereka miliki.Tombak di mata penjajah Belanda
waktu itu disimbolkan sebagai perlawanan.Namun seiring perkembangan jaman dan waktu
sarana tombak itu sekarang diganti dengan sebilah kayu.(mungkin karena tombak
susah dicari kali ya..?)
Masih menurut penuturan temanku peringatan Ritual Mekotek
harus dilaksanakan bertepatan dengan hari raya kuningan, karena itu merupakan
pawisik yang didapat oleh Raja Mengwi Cokorda Made Munggu,dan katanya ada
pantangan, kalo ritual ini tidak dilaksanakan tidak menutup kemungkinan Munggu
akan terkena gerubug lagi,sehingga ritual itu masih tetap dilaksanakan hingga
sekarang. (ihh ngeri ya…kalo ga di lestarikan). Makanya,mari kita lestarikan
warisan budaya dan tradisi kuno nenek moyang kita.Melestarikan warisan nenek
moyang bukan berarti menjual kan…!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar